Sunday, May 15, 2005

Yogyakarta, Indonesia - March 2005

Well, the trip was actually taken in early March, so I don't remember a lot of details anymore. But, it was for sure a fun, exciting and wonderful trip for the whole family; my parents, my sister and her husband, their two boys and us. Had my two other siblings lived in Indonesia, they and their family would all have joined us as well. 
One of the highlights of the trips was a visit to Kraton Yogya.  I had visited this place a couple of times many many moons ago. But coming to this place in my adult life and learning its history and the life of the Sultan's family from a guide in the Kraton was more than a visit to a tourist destination, it was a valuable learning experience and made me appreciate the culture more. There were no other tourists to be seen when we walked around the Kraton complex. So it's nice not to compete with others exploring any rooms and areas that were open. It really felt like we're having a private tour :-)

When touring the Kraton complex I couldn't help but making some comparisons with European palaces like Versailles in France or Nymphenburg in Germany I visited almost two decades ago. Sure, the Kraton doesn't have the dazzling and luxurious feel like Versailles or Nymphenburg palaces, but it still has a royal feel to it. It is a simple, calm and an elegance palace
Other places we visited  *Tamansari (Water castle)*** Prambanan and Candi Sewu***Borobudur Temple*** Kotagede and Batik Tulis Maker* Would love to go back to * Gadjah Wong** Dapur Manado* for their yummy food

Saturday, May 14, 2005

Singapore, February 2005

I was on a business trip to Singapore for a few days end of February. Namanya juga perjalanan bisnis jadi tidak sempat jalan-jalan banyak. Cuma pas hari kedua saja ketika urusan kantor selesai lebih awal disempatkan sebentarlah untuk jalan-jalan.

Karena waktu yang terbatas saya dan cakep memutuskan untuk mengunjungi Chinatown sambil jalan-jalan sore. Dibandingkan Chinatown di San Francisco dan London, Chinatown Singapore terasa kecil dan sepi. Tidak terlihat ciri khas Chinatown dengan pasar dan toko-toko yang menjual makanan dan pernak pernik serta hiruk pikuk khas Chinatown. Mungkin karena kami datangnya sore hari saat aktivitas sehari-hari sudah berhenti? Atau kami terdampar di sisi lain kawasan Chinatown? Tidak tau. Yang unik tidak semua bangunan di Chinatown bernuansa Chinese. Selain Buddhist temple yang terbesar dan tertua di Singapore Wak Hai Cheng Bio dengan atap yang unik menyerupai perahu, di kawasan ini terdapat juga Sri Mariammam Temple, Hindu Temple yang tertua dimana gopuram di pintu masuknya dipenuhi patung berwarna warni. Sangat menarik dan artistik. Dua bangunan mesjidpun dapat dijumpai disini The Al Abrar Mosque di Telok Ayer Street, dan the Jamae Mosque di South Bridge Road membuktikan keharmonisan umat beragama di Singapore.

Dari Chinatown kami meneruskan perjalanan dengan jalan kaki ke arah utara untuk mengunjungi Raffles Hotel yang bersejarah. Walaupun sempat beberapa kali berkunjung ke Singapore sewaktu masih tinggal di Indonesia, tidak pernah kepikiran untuk mampir ke hotel ini. Maklum waktu itu setiap berkunjung ke Singapore yang diincer cuma tempat wisata dan tempat shopping. Turis bener deh pokoknya. But it was then...:-) Raffles Hotel memang spektakular, bergaya kolonial yang didominasi warna putih. Setelah capek mengitari Chinatown dan area hotel, kami mampir di Long Bar, home of Singapore Sling untuk melepas dahaga dengan minum teh manis kesukaan cakep dan jus jeruk buat saya.

*****

Dari beberapa restoran yang kami kunjungi, berikut adalah tempat makan yang patut direkomendasikan (menurut selera kami loh).

Botanic Garden
1 Cluny Road, Singapore 259569
Enak buat breakfast. Sebetulnya Cakep yang sempat sarapan pagi di sini. Menurut C sih semua enak terutama karena makannya di udara terbuka. Tapi datangya mesti pagi-pagi karena kalau datangnya sudah agak siang sedikit udaranya sudah mulai terasa panas, tidak nyaman lagi makan di udara terbuka begitu. Sayang saya tidak ikut menikmati sarapan pagi di Botanic Garden karena harus kerja :-(

Club Chinois, Orchard Parade Hotel
1 Tanglin Road, Singapore 247905
Menyajikan masakan contemporary Chinese-fusion yang disajikan ala western food. Katanya sih restoran ini pioneernya Chinese-fusion di Singapore. Berbeda dengan restoran Cina lain yang pernah kami kunjungi dimana secara tradisional makanan yang dipesan disajikan di tengah meja untuk dinikmati bareng-bareng, di Club Chinois makanan yang dipesan di sajikan dalam porsi untuk satu orang seperti halnya di western style restaurant. Semua yang kami pesan enak-enak, cuma sayang saya tidak terlalu memperhatikan nama setiap jenis makanan yang dipesan. Yang inget cuma satu; Pan Fried Scallop, karena rasanya memang eksepsional buat saya dan karena saya suka scallop.

StraitsKitchen, Grand Hyatt
10 Scotts Road, Singapore 228211
Restoran ini hanya menyediakan buffet menu dengan konsep open kitchen. Makanan yang disajikan dibagi dalam beberapa station yang terdiri dari masakan India, China, Melayu, Peranakan dan makanan barat. Paling tidak jenis masakan itulah yang disajikan pada saat kami datang untuk menikmati breakfast hari terakhir di Singapura. Saya tidak tau apakah makanan barat juga tersedia untuk lunch dan dinner. Untuk breakfast pilihannya berlimpah dan banyak sekali macamnya dan semua kelihatan enak. Mau breakfast model apa saja tinggal pilih; ada nasi dan mie goreng, congi, roti canai dan beberapa makan pagi ala India yang tidak saya kenal, omelette station, pancake dan danish pastries, berbagai jenis roti dan selai, jus segar dari segala macam buah yang bisa di jus, smoked salmon, cereals, wah masih banyak lagi lah pokoknya. Setelah mencicipi sesendok dua sendok mi goreng dan nasi goreng, saya putuskan untuk menikmati smoked salmon dengan irisan sweet onion, cream cheese dan capers serta seiris fresh baked wheat bread. Minumnya jus jambu segar yang tidak akan saya temukan di LA dan secangkir decaffeinated coffee with milk. Yum.

The Banana Leaf Apolo
54/56, Race Course Road, Little India
Kami mencoba masakan India Selatan di restoran ini. Makanannya disajikan di atas daun pisang sebagai pengganti piring makan. Setelah kami memilih makanan dari daftar menu, petugas restoran meletakkan selembar daun pisang di atas meja kami. Kemudian petugas lainnya datang menyendokkan nasi dan sayuran. Hanya makanan yang kami pesan saja yang di sajikan di dalam mangkok. Menu andalan restoran ini adalah kari kepala ikan yang tidak kami coba. Karena cuma beberapa hari di Singapore kami memilih menu yang aman buat perut kami berdua dan yang telah kami kenal seperti Chicken Tikka, Prawn Masala, Bindi Masala etc. Walaupun tidak mencicipi menu andalan restoran, kami puas dengan makanan yang kami pilih rasanya enak banget walaupun agak sedikit terlalu berminyak buat ukuran kami berdua. Makannya is best dinikmati dengan tangan, tapi sendok garpu disediakan juga buat yang tidak nyaman makan dengan tangan. The Banana Leaf Apolo is definitely a place for Indian food for me.