Saturday, December 1, 2007

Pak Webee


We just got back from a very relaxing and wonderful vacation in Bali. Having Pak Webee to help us get around Bali definitely enhanced our experience very much. Pak Webee was very nice, honest and most importantly he was a good driver. He was a dependable and clearly knows Bali very well. Well, he is from Bali after all. He was quick to learn what we liked or which spots we wanted to avoid and gave recommendations accordingly.

One day he stopped the car on a countryside road so we could view the three highest mountains in Bali- Gunung Batur, Gunung Batukaru and Gunung Abang. It was the perfect spot to see all the three mountains. Another day, he pulled over and walked us to a perfect spot so that we could enjoy a very beautiful valley overlooking two lakes. He was very knowledgeable and patiently showed us around. We never had to worry about whether or not he would show up or he would be on time. He always came early to our hotel in Ubud. It was great to have someone as dependable as Pak Webee. If we return to Bali, we will definitely want Pak Webee to be our driver again. We highly recommend him.
Pak Webee
p: 081 236 40 160
e: webee@dps.centrin.net.id



Thursday, November 29, 2007

The Viceroy, Ubud, Bali


We were so pleased with our 5-night stay at this idyllic place. Staying at this hotel really made our vacation in Bali incredibly relaxing. We chose this place for its serene and tranquil atmosphere, in contrast to Kuta, Legian, or other locations that usually come with a lot of tourists and noises. The fact that it was a small property and not a chain hotel was a real plus. Its location couldn't have been more perfect. Nestled at Lembah valley, this small resort is surrounded by rainforest and rice paddies, a truly wonderful romantic gateway for those of us who enjoy absolute privacy and appreciate a quiet spot. 




Although it is located in a very private and serene setting, the hotel was also within easy reach of central Ubud. The Viceroy provides a free shuttle that took us back and forth from the town center per our own schedule. You gotta love that :-) The entire experience was extraordinary. The spa was soothing; the infinity pool was refreshing and peaceful; the views were magnificent. And the staff was tremendously friendly and helpful; they always greeted us by name. We were told that all 11 villas were occupied when we were there, but we hardly saw anyone. They served a great breakfast, which we never missed during our stay. Their lunch was not bad either. This place was truly an idyllic place for vacation! 


Some of delicious meals we really enjoyed ....

Bubur Ayam




Jln. Lanyahan, Br Nagi, Ubud, Bali 80571
Indonesia

Wednesday, November 28, 2007

Ngiring Wedang, Traditional Bali Coffee

So after spending our morning in Bedugul enjoying the beautiful Lake Bratan and Ulun Danu Temple, we told Pak Webee that we wanted to have lunch at a spot that wouldn’t be too touristy and if possible a spot with a great view. He drove us up on a narrow road towards a ridge over looking lakes Buyan and Tamblingan. Along the way, we were wowed by the view of these two lakes beautifully framed by so much greenery and wild flowers. We breathed wonderfully fresh air and appreciated the quietness of the surrounding area. So serene. Even a group of monkeys seemed to enjoy it as well. They just sat quietly on the curb watching cars by.


Roasting Process


Pak Webee took us to a place called Ngiring Wedang Restaurant and Villa on the ridge in Munduk Village in North bali. The place was nice and clean, overlooking the wide valley of rice terraces opening to the ocean. According to Pak Webee, on a clear day you can see part of Mt Rinjani in Lombok. The food at the restaurant wasn’t bad, but the coffee was terrific! They serve simple Indonesian food and some limited western food. I don't remember what I ate, but I do remember the view. And my husband remembers the coffee! He usually adds plenty of milk and sugar to his coffee, but the coffee here was so good that he drank it without either. Clearly people come here to enjoy the view and the restaurant's home-made coffee. The restaurant roasts and grinds the coffee beans by hand using traditional equipment. Their coffee is picked from their own coffee plantation across the street from the restaurant. Talk about fresh coffee! It is not a big coffee roasting company so they roast their coffee daily in small batches. I am not a coffee drinker and only tasted a sip here and there. We bought their Arabica fresh bean for our coffee-drinker friends at home. And they liked the coffee very much.





Ngiring Wedang Restaurant & Villa
Munduk Village, North Bali
P: 0812-380-7010

Sunday, November 25, 2007

Kembang Goela, Jakarta

Tidak banyak yang berubah di Jakarta sejak saya mudik bulan Februari taun ini, kecuali kemacetan lalu lintasnya yang tambah parah. Kemacetannya menurut saya sudah gila-gilaan. Belum lagi kalau hujan, jarak yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu sepuluh menit, harus ditempuh dalam waktu hampir satu jam! Salut buat warga Jakarta yang kuat dan tabah menjalani kemacetan seperti ini setiap hari.

Untungnya kami tidak perlu terlalu sering berada di jalan, kecuali waktu ketemuan dengan
 Mbak Ria, Yola, Ratih dan Tia di Warung Pojok di Plaza Senayan dna untuk pergi makan. Bangkrutlah kalau makan 
di hotel terus. Anak-anakpun tampaknya senang saja tinggal di hotel karena mereka bisa berenang dan main kartu rame-rame. Hehe.setiap cakep ikut pulangkegiatan yang dilakukan tidak jauh dari berenang bareng dan main kartu. Kalau tidak main kartu atau berenang, ya leyeh-leyeh di lobby atau di kamar hotel dan coba restoran baru (maksudnya restoran yang belum pernah dicoba, bukan restorannya yang baru). 



Senin tanggal 19 November yang baru lalu kami sekeluarga mencoba makan siang di Kembang Goela, restoran yang menyediakan masakan peranakan Belanda dan Indonesia. Begitu memasuki restoran tercium bau wangi yang terpancar dari rangkaian besar bunga sedap malam segar diatas meja dekat pintu masuk. Mata langsung tertuju ke chandeliers di ruangan restoran berlangit-langit tinggi dan berjendela kaca besar. Kain-kain batik memenuhi bagian atas dinding restoran, meja kursinya berwarna gelap. Makanan yang ditawarkan dikemas dan disajikan secara elegan dengan cita rasa mendekati sempurna dan sederhana tanpa memakai bumbu yang complicated dan tidak terasa berlebihan. Konon seperti itulah masakan peranakan Indonesia-Belanda ini diramu dan disajikan di rumah para bangsawan dan keluarga Belanda pada jaman kolonial.


Kami betul-betul menikmati makan siang di Kembang Goela. Serasa  menikmati masakan di rumah bangsawan bergaya kolonial jaman baheula. Yang unik adalah penamaan makanan yang ditulis dengan menggunakan ejaan lama atau menggunakan figur yang mengingatkan jaman baheula. Dari bon makanan yang kami pesan tercatat antara lain: Es Peyeumpuan, Es Jangan Ditanya, Soda Pelangi, Ayam Mevrouw Lientje, Ongseng-ongseng Kecipir, Hot Plate Kangkoeng, Nasi Goreng Si Pitoeng, Tahu Sedap Malam dll. Yang paling saya suka siang itu adalah Dendeng Balado yang dagingnya diiris sangat sangat tipis hampir transparan dan Ikan Krapu Bakar. Oh Wedang Jahenya juga nikmat.



Kembang Goela
Plaza Sentral Parking Lot, Jl. Jend. Sudirman
Ph.: 021-520-5651

Sunday, October 28, 2007

Chocolate Moment, San Francisco

"Let's meet at Chaya Brasserie at 6:00pm" pesan Sonita memastikan tempat makan malam kami pada Jum'at yang baru lalu. Siang harinya, disela-sela menyelesaikan kerjaan jarak jauh, saya sempatkan untuk mengunjungi website restoran. Kebiasaan soalnya, setiap ke restoran baru, harus liat daftar menunya dulu. Selain untuk mem"familiar"kan diri dengan restorannya, juga untuk memastikan adanya makanan yang bisa dinikmati. Jika tidak ada yang kelihatan menarik untuk dicoba di daftar menu, sebelum pergi ke restoran, bisa makan dulu. Nanti di restoran biar makan salad dan dessert aja.



Dari daftar menu yang tertera di web site, ada beberapa makanan yang sepertinya enak dan perlu dicoba. That's a good. Mana yang akan saya pesan, nanti aja mutusinnya setelah sampai di restoran. Kadang selera saya suka berubah sesuai dengan berubahnya waktu :-) Tapi untuk dessert saya sudah punya pilihan pasti.Sebagai penggemar coklat, pastilah saya milih Molten Chocolate Cake yang deskripsinya "Warm Valhrona Chocolate Cake, Raspberry Coulis Tahitian Vanilla Ice Cream" Hm... Mudah2an rasanya selezat namanya.
Beberapa menit sebelum jam 6 kami pun meninggalkan hotel yang cuma berjarak beberapa blok dari Chaya Restaurant. Tidak berapa lama kemudian Sonita muncul bersama suaminya. Ini adalah pertama kalinya saya dan cakep bertemu Adam, suami Sonita. Untungnya tidak ada perasaan canggung sama sekali. Kami semua langsung merasa cocok dan betul-betul menikmati makan malam yang menyenangkan. Halibut panggang yang dilumuri taburan kacang macadamia sangrai yang saya pesan terasa pas bumbu dan tingkat kematangannya. Mak nyus (Mr.BW, punteun istilahnya saya pinjam) dan tidak membuat enek sehingga tidak ada kesulitan untuk menghabiskannya.


Tapi yang menjadi primadona malam itu buat saya adalah sang chocolate cake (Molten Valrhona Chocolate Cake).  Enak banget banget dan menjadi choclate cake terenak yang pernah saya coba. Bentuk cakenya mirip mini muffin terbalik yang didalamnya diisi dengan coklat Valhrona yang sudah dilelehkan. Cakenya terasa moist dan tidak terlalu manis. Sesendok demi sesendok potongan kecil chocolate cake bercampur lelehan hangat Valhrona coklat dan vanilla ice cream pun saya nikmati dengan puas. Kelezatannya tidak bisa saya jelaskan dengan kata-kata. Heavenly....


Kencan saya dengan coklat (duh bahasanya) terus berlanjut. Sempat juga mengunjungi Recchiuti Confections, dalam komplex Ferry Building. Menurut Forbes Traveler.com toko coklat ini termasuk satu dari sepuluh The World's Best Chocolate Shops. Sayang sekali saya tidak sempat membeli dan mencicipi kelezatan coklat di toko ini. Ketika saya tiba di Recchiuti, saya liat antrian panjang di depan kasir. Membuat saya malas untuk bergabung. Selain itu perut masih terasa kenyang setelah makan siang di Slanted Door yang juga berlokasi di Ferry Building. Jadi sedang tidak kepingin2nya makan coklat. Mudah2an saya diberi kesempatan untuk mencoba dalam kunjungan ke SF yang lain.



Coklat-coklat yang umumnya berbentuk praline itu dipajang dengan cantik dalam etalase kaca. Pengunjung dengan leluasa bisa "window shopping" layaknya seperti memasuki toko perhiasan. Silahkan menikmati sepuas-puasnya tetapi tidak bisa memegang atau mencoba. What a torture!

A Great Morning in San Francisco: Ferry Plaza Farmers Market



Salah satu kesukaan saya adalah mengunjungi dan belanja di Farmers Market. Senang sekali melihat deretan sayur mayur segar dan buah-buahan cantik berwarna-warni. Setiap mengunjungi Farmers Market, saya selalu menemui sayur-sayuran atau buah-buahan baru yang hanya muncul pada musim tertentu. Karenanya hari terakhir di SF kami jadwalkan untuk mengunjungi Farmers Market di Ferry Plaza. Farmers Market yang dikelola oleh the Center for Urban Education about Sustainable Agriculture(CUESA) setiap hari Sabtu dan Selasa dipenuhi oleh petani lokal dengan hasil pertaniannya yang kebanyakan organic. Selain hasil pertanian segar, umumnya Farmers Market ini juga menyediakan berbagai makanan praktis.




Pukul 8 lewat sedikit kami sudah berada di lokasi. Sengaja kami tidak makan pagi di hotel karena ingin mencoba makanan yang tersedia di Farmers Market. Karena masih pagi, FM belum terlalu penuh. Kami pun mengelilingi pasar mencari tempat makan yang kira-kira enak. Dari sekitar 5 tempat yang menjual makanan, kami memutuskan untuk mencoba sarapan ala Mexico di Primavera. Selain antriannya yang paling panjang (tandanya populer kan), juga makanannya terlihat mengundang selera banget dibandingkan yang lain.
Primavera Tamales
Saya pesan scrambled eggs yang disajikan dengan green corn tortilla, black beans, potongan segar alpukat, cilantro, onion dan taburan goat cheese. Cakep pesan tamales plate dengan black beans dan taburan goat cheese. Minumnya perasaan air jeruk segar. Saya tidak terlalu suka tamales, tapi cakep bilang tamalenya termasuk kategori enak sekali. Sarapan saya pun nggak kalah enaknya, terutama green tortillanya yang crispy dan tidak terasa berat di perut. Karena meja dan kursi plastik yang tersedia tidak mencukupi kapasitas pengunjung, kami bergabung dengan pengunjung lain duduk dipinggir pier dengan pemandangan Bay Bridge yang menawan. What a wonderful way to start the day.

Setelah kenyang, kami cuci mata di sekitar area. Deretan sayuran dan buah-buahan segar begitu cantik dengan warna-warni yang mengundang selera. Sayang sekali cuma mata kami saja yang bisa menikmati sepuas2nya, karena tidak semua sayuran segar bisa bertahan sampai LA. Tapi saya tidak bisa menahan diri untuk tidak membeli beberapa jenis jamur segar yang bentuknya unik dan belum pernah saya temui di LA. Menurut sang penjual, jamur tersebut akan tetap segar dalam dua hari. Jadi kami tidak perlu khawatir membawanya pulang. Asyik. 

Fresh Dates
Selain jamur, kami membeli beberapa paprika berwarna ungu, persimmon, dan buah kurma medjool segar. Sebetulnya kami tidak berniat untuk memnbeli kurma karena sudah menemukan tempat membeli kurma yang kami sukai di LA. Tapi gadis muda penjual kurma yang cantik, pintar sekali berkomunikasi dengan pengunjung. Sambil menjelaskan varian kurma yang tersedia hari itu, dengan ramahnya dia mengundang pengunjung untuk mencicipi setiap kurma. Kurma medjoolnya terasa enak dan manis, tidak kalah dengan kurma medjool yang biasa kami beli. Jadilah kami tergoda untuk membeli. Di standnya di pajang berumpun-rumpun kurma segar dengan batangnya. Inilah pertama kaliya saya melihat kurma segar. Warnanya hijau kekuning2an, mulus, cantik dan kamek sekali keliatannya - kamek adalah bahasa Minang, tidak tau bahasa Indonesianya apa- (Foto samping).

Setelah puas cuci mata di bagian sayur mayur, kami menuju Ferry Building. Begitu memasuki bangunan tercium harumnya fresh baked roti dan pies dar
i Frog Hallow Farm.
 Wah harus di coba juga nih, tapi karena perrut masih kenyang, kami hanya beli sepotongBlackberriy Turnovers dan Cherry Tartlets untuk dimakan di pesawat. Dari sana kami mampir ke toko roti Acme Bread Company untuk membeli beberapa loaf roti buat dibawa pulang. Sebelum pulang ke hotel untuk check out, disempatkan sebentar untuk menikmati secangkir hangat decaff latte di Peet's Coffee & Tea sambil menikmati pemandangan Bay Bridge dari sisi lain.





Sunday, October 7, 2007

My Los Angeles - The Getty Museum

Setiap kedatangan tamu dari luar kota, the Getty Museum selalu kami sarankan untuk tidak dilewatkan. Banyak hal yang menarik di museum ini. Arsitekturnya cantik dan yang paling kami sukai saat hari cerah adalah bisa menikmati pemandangan kota LA dan laut Pacific yang spektakular. Kemaren kami ke museum ini lagi bersama dua sahabat yang berkunjung dari Bay Area.














Satu hari tidak akan cukup untuk menikmati semua pameran yang tersebar di 5 pavillion terpisah ditambah satu the Getty Research Institute Exhibition Gallery. Karenanya untuk memaksimalkan kunjungan, kami memutuskan untuk mengunjungi tiga pameran saja; Classical Connections: The Enduring Influence of Greek and Roman Art, pameran fotography dari Edward Weston dan Luc Delahaye danMusic for the Masses: Illuminated Choir Books  

Hampir setengah hari kami menghabiskan waktu untuk melihat ketiga ekhibisi yang dipilih serta mempelajari sejarahnya. Karena saya tidak terlalu paham dengan art dan sejenisnya, maka yang menarik buat saya adalah benda-benda seni baik itu lukisan, patung, hiasan dll yang terlihat indah dimata saya dan tidak membuat saya pusing atau sulit untuk mengapresiasikannya. Favorit saya adalah copy patung Dewi Cinta dari Yunani yang patung aslinya dibuat pada 350 sebelum Masehi (foto disebelah kanan) dan patung seorang ibu berkerudung yang terlihat sangat anggun (Vestal Virgin) - foto dibawah 

Foto-foto Edward Weston yang ditampilkan dalam pameran cukup menarik, berkesan apa adanya dan tanpa dimanipulasi. Kebanyakan menampilkan foto diri orang-orang disekelilingnya dalam tampilan hitam putih.
Sangat kontras dengan foto-foto karya Edward Weston, foto-foto Luc Delahaye umumnya berwarna yang dicetak dalam skala besar dan menampilkan kejadian masa kini. Ada foto pengungsi di Chad, foto orang meeting, dan yang cukup menarik pengunjung adalah foto kota Meulaboh setelah dilanda Tsunami.
Seperti pameran photography umumnya, foto-foto yang dipamerkan di The Getty Museum tidak boleh dipotret. Dari sekian banyak foto-foto Edward Weston yang dipamerkan, yang paling saya sukai adalah foto ini.
The Getty Musuem
1200 Getty Center Drive
Los Angeles, California 90049

Saturday, September 22, 2007

Pacific Grove, CA


Tiba di Monterey hari Kamis menjelang magrib. Setelah berbuka dengan minum teh manis hangat, buah korma dan salat magrib di hotel, saya dan cakep segera bergegas menuju restoran Thai Siamese Bay untuk makan malam dengan teman lama yang sekarang menetap di Salinas. Semua yang kami pesan malam itu terasa lebih enak dari biasa. Saya tidak bisa memutuskan apakah karena saya datang sedang lapar-laparnya atau memang kualitas makanan di restoran itu semakin membaik. Entahlah yang penting walaupun saya tidak bisa makan banyak setelah berpuasa seharian, kami semua merasa puas. 


Dari rumah sebetulnya sudah berencana untuk either kembali mengunjungi Monterey Bay Aquarium  karena pingin liat jelly fish nya lagi, -jelly fish merupakan atraksi wajib buat saya setiap mengunjungi aquarium- atau menyusuri Pacific Grove, kota kecil yang terletak di antara Montery dan Carmel-by-the-Sea. Rencana tinggal rencana, yang ada malah keasikan menikmati keindahan laut Pacific dari salah satu pantai yang sepi dekat Pacific Grove. Padahal tadinya cuma ingin menikmati pacific coast dari mobil dan berhenti sebentar jika ada spot yang menarik dan tidak banyak orang sebelum jalan-jalan ke kota. Berapa lama sih bisa betah liat laut pikir saya? He.he... tanpa sadar saya menghabiskan waktu hampir setengah hari. Jadilah batal menjelajahi kota Pacific Grove yang sarat dengan rumah-rumah cantik bergaya Victoria.
Pacific Grove terletak di ujung utara Monterey Penninsula bersebelahan dengan Monterey Penninsula's "hot spot" Cannery Row's. Dari sana bisa langsung ambil Ocean View Blvd yang pemandangannya sangat memanjakan mata. Tidak ada satu bangunanpun yang mengahalangi untuk menikmati hamparan laut biru di sepanjang sisi pantai di Pacific Grove. Sisi lain dari Ocean View Blvd dipenuhi dengan rumah-rumah atau penginapan cantik yang sebagain besar bergaya Victoria. Tidak sampai 2 mile dari ujung Pacific Grove, saya memutuskan untuk berenti di satu area yang tidak terlalu banyak orang agar tidak perlu berebut tempat untuk parkir. Walaupun udara dingin di awal musim gugur sudah mulai terasa, tetap saja banyak orang datang untuk menikmati indahnya pantai ini. Tapi kali ini sepertinya lebih banyak penduduk lokal dibandingkan turis. Terlihat dari aktivitas mereka dan  gears yang dibawa; berjogging, baca buku, makan siang, cuma duduk duduk atau tiduran dihamparan rumput dan bermain dengan anjing -tanpa kamera atau peta-. Pokoknya tidak seperti kegiatan yang dilakukan para turis lah. Yang pasti semua menikmati keindahan laut Pacific dibawah terpaan matahari yang bersinar cemerlang ditengah-tengah udara yang mulai dingin. Heavenly







Pinginnya sih jalan-jalan di sepanjang pantai dan membiarkan kaki menyentuh lembutnya pasir putih, tapi nggak ah, laut Pacific kan dingin. Setelah duduk cukup lama menikmati ketenangan dan birunya laut dari salah satu bangku taman yang tersedia di atas tebing, saya pun melanjutkan perjalanan ke arah utara. Begitu melihat tempat istirahat berpasir yang kosong tepat di seberang Point Pinos Lighthouse, saya meminggirkan mobil. Yes, my kind of parking spot. Paling banyak hanya 5 mobil bisa parkir di tempat istirahat yang kecil ini, jadi kemungkinannya tempat ini tidak akan dipenuhi orang.  Asyik asyik bisa menikmati ketenangan dengan sepuas-puasnya tanpa harus berbagi. Setelah memarkir mobil dengan strategis supaya bisa liat laut tanpa ada halangan, saya pun duduk diam menyatu dengan ketenangan sekitar. Sesekali terdengar suara ombak yang memecah saat menghantam bebatuan di sekitar pantai dan kicauan burung-burung yang berterbangan sangat rendah seolah-olah ingin pula menyentuh permukaan laut. Allahu Akbar, betapa agung ciptaanMu, ya Allah. Saya tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat untuk mendeskripsikan perasaan saat itu. I just feel very fortunate to be able to enjoy it myself. Made me feel very close to You. Thank you God.  Lama juga saya diberi kesempatan untuk menikmati pantai itu sendirian dan sepuas-puasnya. Saya sempat melaksanakan salat lohor dan beberapa jam kemudian salat ashar di tempat yang sama. Kalau tidak ingat harus pulang, bisa-bisa sampai magrib deh merenung disitu.  


Tepat pukul 5:30 sore kami pun meninggalkan Monterey karena sudah ada janji makan malam dengan adek ipar di San Luis Obispo. Tidak disangka lalu lintas dari Monterey ke San Luis Obispo malam itu cukup lancar. Padahal biasanya setiap Jum'at sore begitu memasuki  Salinas bumper to bumper macetnya. Sepanjang perjalanan ke San Luis Obispo, kaami ditemani sunset yanng cantik dan hamparan tanaman yang berganti-ganti dari lettucedan anggur disepanjang Hwy 101. Pukul 7:45 kamipun tiba di Buena Tavola, restoran Italia favorite kami di San Luis Obispo. Seperti biasa selama bulan puasa, betapapun enaknya makanan yang kami pesan, saya tidak bisa makan banyak dan selalu membawa pulang sisa makanan yang tidak bisa saya habiskan di restoran untuk dimakan waktu saur atau untuk berbuka keesokan harinya. Judulnya penghematan :-)



Dalam perjalan pulang keesokan paginya, sekali lagi kami diberi kesempatan untuk menikmati indahnya fenomena alam; a spectacular rainbow. Setelah gerimis usai, walaupun cuma sekejap tiba-tiba pelangi setengah lingkaran dengan jelasnya muncul di sebelah kanan jalan di antara Buellton dan Lompoc. Begitu jelasnya sampai kami bisa melihat salah satu kakinya menembus kehijauan hutan dipinggir jalan. Sangat sangat cantik. Sayang sekali dengan kecepatan 70 mile per jam di jalan licin bekas hujan, tidak mungkin untuk menghentikan kendaraan secara tiba-tiba tanpa membahayakan kendaraan di belakang kami.  Untungnya saya sempat menayambar kamera saku dan mengabadikan pelangi tersebut dari dalam mobil yang berkecepatan tinggi. Walaupun hasilnya tidak terlalu prima, paling tidak mampu merekam memory kami :-) Alhamdulillah.

Thursday, August 30, 2007

California Central Coast

For a delicious journey...........

Buana Tavola's insalata di gamberi - $13,25


First stop was Montecito for a cup of joe. Then to San Luis Obispo for a light yummy lunch at Buana Tavola, our favorite spot for Italian food in San Luis Obispo. Namanya juga light lunch saya cuma pesan salad udang insalata di gamberi dan segelas minuman kesukaan -air es - :-)  Komposisi udang dan arugulanya seimbang dan rasanya segar dengan potongan tomat segar yang lumayan banyak. Cakep pesan tortelloni di zucca; pumpkin and riccotta cheese in mascappone & sage sauce. Semilir angin sesekali menerpa saat kami menikmati hidangan di udara terbuka di patio restoran. Perfect. Sebelum meninggalkan SLO, mampir sebentar di Up Town Espresso Cafe, tempat ngeteh langganan waktu masih tinggal di kota ini untuk makan sepotong home made chocolate cakenya. Sayangnya hari itu chefnya nggak niat bikin, jadi kami gagal makan chocolate cake.
Buana Tavola's Tortelloni di zucca - $11.50
Makan malam kami sempatkan untuk menikmati kembali nikmatnya masakan Thai di My Thai Cuisine di Marina District. Restorannya sederhana dan tidak terlalu besar, lebih seperti rumah tinggal. Masakan di saji dengan porsi yang generous. Menurut Sam Bhundhumani, yang punya restoran kelahiran Bangkok, mereka menyajikan masakannya sebagaimana masakan tersebut disiapkan dan disajikan di Thailand. Berhubung saya belum pernah mencoba masakan Thai di Thailand, saya tidak bisa menyebutkan masakan My Thai Cuisine ini otentik atau tidak. Yang penting mah enak dan cocok dengan selera sayah makanya dibela-belain ke sini kalau berkunjung ke Monterey Peninsula soalnya biarpun di LA banyak bertebaran restoran Thai, sampai hari ini kami berdua belum menemukan restoran yang betul-betul kami sukai masakannya. Malam itu saya menikmati kembali Pad Thai mereka.


First Awakenings di Pacific Grove, tujuan kami untuk makan pagi keesokan harinya.  First Awakenings sudah menjadi salah satu tempat makan pagi favorit kami setiap berkunjung ke Monterey.  Kali ini saya memesan Creppeggs, crepe tipis dengan topping keju Swiss, buah alpukat,  irisian jamur dan sprouts yang disajikan dengan  potongan kentang dan English muffin.  Porsinya sangat generous yang membuat saya masih kenyang sampai waktu makan siang tiba.  Setelah jalan-jalan sebentar di pusat kota Monterey dan menghabiskan 1/2 porsi Jamba Juice, saya langsung ke Carmel untuk cuci mata dan jalan-jalan di pusat kota yang cantik. Saat perut terasa lapar saya mampir ke Nielsen Bros Market Deli untuk membeli turkey sandwich, apel dan air putih dan menikmati makan siang di bangku taman di tengah kota Carmel. 



Kembali ke Monterey, istirahat sebentar sebelum kembali lagi ke Carmel untuk makan malam di Julihanh, restoran yang menyajikan masakan Vietnam yang dipadu dengan Asian-Californian.  Saya pesan jumbo scallops dinner yang disajikan dengan green bean with garlic and prawn rice.  Suami pesan basa fish dinner yang di broiled dan di sajikan dengan green bean with garlic dan nasi putih. Selain itu kita juga pesan salah satu dish yang rupanya sangat popular dari restoran ini pasta in garlic butter sauce. 



cookies from Patisserie Bechler 
Makan pagi berikutnya kami lakukan di hotel. Setelah check out, jalan-jalan sebentar di Monterey sebelum mampir ke Patisserie Bechler untuk makan siang dan  beli pistachio cake - my favorite dan kue kering untuk dibawa pulang.  Seperti biasa, pilihan makan siang saya turkey sandwich dan soup of the day. 


Buano Tavola
1037 Monterey, San Luis Obispo, CA
First Awakenings
125 Oceanview Blvd., Pacific Grove, 831-375-0846
Patisserie Bechler
1225 Forrest Avenue, Pacific Grove, CA
Nielsen Bros Market Deli
San Carlos & 7 Avenue, Carmel by-the-Sea, CA
My Thai Cuisine
210 Reindollar Avenue, Ph. 883-9677 Marina, CA
Julihanh of Carmel
Dolores & Ocean Ave, Carmel by-the-Sea,  (831) 626-0288


Amedei 9 - Bitter Chocolate Extra 75%

                                                                    
Berwarna  merah gelap dalam kemasan 50 gr yang cantik, Amedei 9 segera menjadi favorit. Samar-samar tercium aroma buah Cherry dan cengkeh dari permukaan yang tidak terlalu shinny. Aroma khas dark chocolate yang menyenangkan terasa dominan.

Rasanya sendiri tentulah tidak mengecewakan karena Amedei tidak memproduksi bad chocolates. Karena keterbasan pengetahuan dan jam terbang yang belum banyak dalam menikmati dark chocolate, agak sulit buat saya mendeskripsikan rasanya secara spesifik. Yang jelas enak pisan dan kompleks!

Walaupun mengandung cacao 75%, saya tidak mentrace rasa bitter sedikitpun.  Padahal Amedei melabelkan Amedei 9 sebagai Bitter Chocolate.  

What Amedei says: The "family treasure". This blend fully expresses the Amedei philosphy. Combined here are cacaos from 9 plantations which, over the years, have been discovered, restored, and rendered productive again by Alessio Tessieri: an exceptional raw material. From this, Cecilia created a powerful and balanced dark chocolate, in which the aromas of the plantations persist in the unmistakeable flavour of this chocolate.
Ingredients: cocoa mass, cane sugar, cocoa butter, vanilla. May contain traces of hazelnut, almond, pistachio, walnut, milk.

Tuesday, May 15, 2007

Spring Flowers in Monterey







My husband and I were in Monterey again last month. I was fortunate to be able to enjoy beautiful spring flowers and colors. I found myself taking pictures after pictures of so many spectacular flowers. And I wished for one that I had that fancy camera. But for now, I am grateful with what I have. My pocket camera did a great job capturing a small beauty of this world. I feel content. They are simply spectacular!

















I spent most of my days in Monterey looking for flowers and plantation around Monterey and Pacific Grove area. I just think that every single of them is beautiful and perfect. Even the leaves! Yes they are all green, but all is different in shape and texture. Amazing!


New addition to our restaurant list in the area; First Awakenings for breakfast and Patisserie Bechler for lunch and yummy dessert.



                                   


American Tin Cannery
125 Ocean View Blvd #105
Pacific Grove, CA 93950
(831) 372-1125

1225 Forest Avenue
Pacific Grove CA 93950
PH 831-375-0848